Thursday, December 25, 2008

Catatan Ringan pada Pelantikan Pengurus Pusat KAMMI 08-10

Oleh : Ramlan Nugraha, Sekum KAMMI Daerah Bandung


Catatan ringan ini ditulis berdasarkan pengalaman saya mengikuti Pelantikan Pengurus Pusat KAMMI yang bertempat di Auditorium Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat pada selasa, 23 Desember kemarin. Secara pribadi saya kesana sebagai perwakilan KAMMI Daerah Bandung. Setelah membaca tulisan di bawah ini, mohon maaf kalau ada kata yang kurang berkenan. Semoga bermanfaat bagi rekan-rekan se-perjoeangan.


1.Proses profesionalisme organisasi ternyata belum menjadi budaya tersendiri di tubuh KAMMI, tidak terkecuali di KAMMI Pusat. Awalnya sekedar basa-basi di tempat acara, sebelum proses pelantikan dimulai saya sengaja bertanya pada beberapa orang calon pengurus kammi pusat (Mauquf Mataram, Rijal Sukabumi dan Kana Cirebon) tentang posisi mereka di kepengurusan sekarang. Hal yang mengejutkan bagi saya, ternyata ketiganya mengaku tidak tahu dimana posisi mereka. Akhirnya, kegalauan hati mereka itu terobati setelah acara pelantikan mulai berjalan, pembawa acara menyebutkan satu persatu nama-nama pengurus beserta posisinya masing-masing untuk maju ke depan podium. Nah, baru mereka sadar dan tahu dimanakah posisi mereka masing-masing.



Saya berpikir bahwa sangat fatal akibatnya kalau sekelas KAMMI Pusat saja seperti ini kejadiannya. Di menit-menit terakhir para calon pengurus pusat tidak tahu posisi tempatnya berada. Mereka tidak memilih posisi sesuai dengan keahlian dan kapasitasnya masing-masing. Lantas bagaimana dengan konsep “Muslim Negarawan” yang digembor-gemborkan ke se-antero Nusantara oleh para kader KAMMI, termasuk pertemuan dengan SBY kemarin ? Padahal sekelas Komisariat saja, teman-teman calon pengurus diberikan kesempatan untuk memilih sesuai dengan kapasitasnya masing-masing. Ini sekelas Pusat, kenapa asal comot saja ? Hal yang ironi kalau kita kaitkan dengan kaidah bahwa “Seorang petarung harus mengetahui siapa dirinya, lawannya dan medan peperangannya”. Saya kira tidak penting kalau timbul pertanyaan, lantas siapa yang menempatkan mereka pada departemen-departemen di kepengurusan ? yang terpenting adalah bahwa posisi di KAMMI Pusat bukan asal penempatan saja, tapi lebih dari itu. Mereka adalah para kader terbaik yang akan memimpin gerakan ini, memimpin gerbong lebih dari 50.000 anak bangsa yang siap untuk meledakkan perubahan di negeri ini. Para pengurus pusat harus mempunyai kapasitas yang jelas, sisi akademis yang jelas dan bisa dipertanggungjawabkan serta mempunyai visi yang visioner. Kalau ini tidak diperhatikan oleh para pimpinan pusat, sepertinya kita harus berpikir ulang untuk menata kembali gerbong dakwah ini.




2.Ketika pembukaan acara, Jujur, saya cukup salut dengan sambutan yang diberikan oleh Saudara Ketua Umum. Saudara Ketua Umum memaparkan sebuah tulisannya yang berjudul “Pemerintah yang Tidak Memerintah”. Dalam tulisan tersebut secara umum digambarkan bagaimana evaluasi kondisi terkini masyarakat Indonesia dalam aspek sosial, ekonomi, politik, hukum dan internasional selama Rezim (beliau menulisnya seperti itu) SBY-JK selama lima tahun berkuasa. Tidak lupa juga, Saudara Ketua Umum menyampaikan seruan KAMMI menyikapi kondisi tersebut.

Saya mengutip beberapa epilog dari tulisan Saudara Ketua Umum :

“Akhirnya sebagai bangsa yang besar, Indonesia belum memiliki posisi tawar yang kuat dalam kancah politik global. Dalam lingkungan regional saja, pemerintah/rakyat Malaysia dan Singapura masih berani dengan semena-mena melakukan penyiksaan kepada warga Negara Indonesia di negaranya, terlihat tidak ada rasa menghargai sebagai anak bangsa Indonesia. Lantas dimana klaim pemerintah SBY yang sering mengatakan bahwa Indonesia punya posisi tawar yang kuat di kancah Internasional. Tindakan kesewenangan sebuah Negara kepada rakyat Indonesia di negaranya, menunjukkan bahwa Negara ini tidak memiliki harga diri di hadapan mereka. Dan dalam skala lebih luas menunjukkan lemahnya kekuatan pertahanan, intelenjensia, ekonomi, dan social negeri kita.”

Secara objektif tulisan Saudara Ketua Umum memang menggambarkan sikap politik yang jelas dari sebuah gerakan mahasiswa bernama KAMMI. Ini perlu kita hargai karena memang sejak awal core gerakan kita memang seperti itu.

Tapi sekali lagi, akan fatal akibatnya kalau Saudara Ketua Umum menciderai gerakan ini dengan langkah-langkah politik yang lucu. Pertemuan dengan SBY kemarin, penyambutan Prabowo Subiakto ketika di Muktamar kemarin harus menjadi pelajaran bahwa ternyata rekan-rekan KAMMI se-Indonesia pada dasarnya tidak mendukung langkah tersebut.

Secara pribadi dan organisasi, saya mengajak kepada Saudara Ketua Umum untuk membuktikan dalam aplikasi gerakan, mengeluarkan sikap politik yang tegas dengan pemerintah, tidak kompromistis dengan para politikus busuk, tidak basa-basi dengan para politikus gila kekuasaan, gila jabatan, dll.


3.Dalam awal sambutannya, Ketua MPR RI, DR. Hidayat Nur Wahid mengatakan kepada kita bahwa pertama, KAMMI harus lebih berorientasi pada kontribusi bukan gerakan meminta-minta, kedua, Jangan sampai KAMMI terpecah menjadi dua kubu, ada KAMMI Perjuangan. Terlepas dari point-point lain yang beliau sampaikan, saya cukup kaget dengan apa yang disampaikan oleh beliau. Kita seharusnya sadar bahwa sosok seorang Hidayat NW sekalipun telah bisa melihat adanya sinyalemen/pertanda tentang kondisi KAMMI hari ini. Oleh karena itu, saya berpikir gerakan ini harus mulai berbenah dengan terus mengkonsolidasikan internal gerakannya.


Sebagai penutup, kita berdoa kepada Allah SWT :

Ya Allah, aku memohon kepada-Mu kebenaran dalam iman, keimanan dalam akhlak mulia, kesuksesan yang diiringi kejayaan, serta rahmat, kesehatan, ampunan dan keridhaan dari Mu” (At-Thabrani dari Ibnu Abbas r.a).

Wallahu alam.

Saturday, December 13, 2008

POSISI KAMMI DALAM PEMBANGUNAN BANGSA



























Oleh : Ramlan Nugraha

Sekum KAMMI Daerah Bandung







Pada bab ini akan dijelaskan secara umum mengenai posisi KAMMI dengan elemen bangsa dan negara lainnya. Setelah selesai membaca, diharapkan kita bisa mengetahui bahwa seluruh aktivitas yang dilakukan oleh KAMMI mulai dari Aceh sampai dengan Papua sana, sangat mencerminkan ciri khas gerakan mahasiswa yang selama ini dikenal murni dalam membela kepentingan rakyat.

Dengan begitu jika kamu adalah orang yang mempunyai semangat membangun negeri, tidak suka melihat pejabat pemerintah yang banyak cingcow ataupun merasa risih dengan kemiskinan yang terjadi dimana-mana, tidaklah salah kalau kamu jadikan KAMMI sebagai tempat beraktivitas. So, selamat membaca dan happy enjoyed it !






1.KAMMI dan Gerakan Mahasiswa (Gerakan Kepemudaan)



Sebagai gerakan mahasiswa, KAMMI juga sekaligus adalah gerakan kepemudaan. Dalam aturan organisasi dijelaskan bahwa syarat seorang mahasiswa diterima menjadi anggota KAMMI setingi-tingginya adalah 35 tahun. Penetapan usia ini disesuaikan dengan pengertian pemuda versi Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia yaitu penduduk yang berusia antara 15 sampai dengan 35 tahun.



Dalam kaitannya dengan perubahan bangsa dan negara, peran generasi muda tidak perlu diragukan lagi. Kita bisa melihat sejarah yaitu ketika sebelum kemerdekaan Indonesia bagaimana sepak terjang mahasiswa dan pemuda bersatu padu mengusir penjajah. Peran-peran ini tentu saja tidak sampai disana, masa sekarang dan masa depan selalu ditentukan oleh bagaimana langkah yang dilakukan oleh para generasi muda. Stigma bahwa kualitas generasi muda adalah gambaran kualitas sebuah negara adalah hal yang benar, sehingga menjadikan ini sebagai spirit bagi gerakan mahasiswa dan kepemudaan untuk sama-sama meningkatkan kualitasnya masing-masing.



Apabila komitmen perbaikan dan peningkatan kualitas menjadi nafas bagi gerakan mahasiswa dan kepemudaan maka tidak perlu diragukan lagi bahwa masa depan Indonesia akan semakin maju dan melesat menjadi bangsa yang tidak hanya dihormati oleh bangsa lain tetapi bangsa yang siap memimpin dunia ke arah yang lebih baik. So tunggu apalagi, let’s move !



2.KAMMI dan Institusi Pendidikan Tinggi



KAMMI adalah gerakan mahasiswa yang tumbuh dari institusi pendidikan tinggi (kampus). Dengan jumlah anggota sekitar 50.000 orang yang berada di 205 kampus di seluruh Indonesia KAMMI merupakan aset masa depan Indonesia dan dunia Islam khususnya.



Semakin mahalnya biaya pendidikan tinggi, minimnya fasilitas pendidikan yang ada dan mulai menjauhnya para akademisi kampus dengan persoalan-persoalan rakyat menjadi polemik yang seharusnya tidak terjadi.



Kampus merupakan tempat yang paling bertanggung jawab dalam memberikan pencerahan dan peningkatan kualitas rakyat Indonesia.



Atas dasar itu maka setiap anggota KAMMI di seluruh Indonesia dalam hubungannya dengan kampusnya masing-masing akan berusaha untuk menciptakan lingkungan akademis yang kritis, demokratis, berpihak kepada rakyat dan tentunya mewujudkan masyarakat kampus yang Islami.



3.KAMMI dan Gerakan Islam



Sebagai organisasi yang bertujuan untuk membumikan nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan, KAMMI tidak bekerja secara sendirian. Bersama dengan elemen-elemen gerakan Islam lainnya kita saling bahu membahu berupaya untuk mewujudkan tujuan mulia tersebut. Kerjasama yang dilakukan mulai dari lingkup kampus, daerah sampai nasional. Tidak hanya itu, KAMMI juga secara aktif membangun kerjasama dengan elemen-elemen gerakan Islam lainnya di seluruh dunia seperti World Assembly Moslem Youth (WAMY) dan International Islamic Federation Student Organization (IIFSO).



a.Kerjasama lingkup kampus



Sekitar bulan Februari 2006, masyarakat muslim di Indonesia gempar dengan diterbitkannya majalah Play Boy. Majalah khusus pria dewasa ini mendapat kecaman dari hampir seluruh gerakan Islam termasuk KAMMI. Penolakan atas beredarnya majalah ini marak dilakukan di masing-masing kampus, terutama dipelopori oleh KAMMI dan Lembaga Dakwah Kampus (LDK).



Kerjasama yang dilakukan KAMMI dengan Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) kampus dan ekstra kampus seperti Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Hima Persis serta organisasi Islam ekstra lainnya tidak hanya terbatas pada aksi demonstrasi gabungan semata, tetapi wilayah-wilayah intelektualitas lainnya pun dikembangkan seperti diskusi, seminar, training kepemimpinan Islam, dan banyak agenda lainnya. Agenda olah raga seperti futsal pun menjadi wahana mempererat silaturahim antar gerakan. Ingin bukti, coba deh tanya teman-teman KAMMI Bogor. Mantap !



b.Kerjasama lingkup kedaerahan



Agenda kerja sama yang dilakukan KAMMI dengan gerakan Islam dalam lingkup kedaerahan adalah hal wajib yang mesti dilakukan oleh masing-masing daerah. Hal ini cukup beralasan karena KAMMI adalah bagian dari gerakan Islam.



Bentuk kerjasama yang dilakukan oleh masing-masing daerah sangatlah bervariasi. Di bawah ini salah satu contoh kerja sama yang dilakukan oleh KAMMI Daerah Bandung.



Teman-teman dari KAMMI Daerah Bandung bersama dengan Front Pembela Islam (FPI), Majelis Mujahidin Indonesia (MMI), Pemuda Persis, Persatuan Umat Islam, Tim Pengacara Muslim, Gema Nusa dan elemen gerakan Islam lainnya pada tahun 2007 membentuk suatu wadah bernama Bandung Ma’siat Watch (BMW).



Wadah tersebut bertujuan untuk mencegah dan memberantas segala bentuk kemaksiatan demi terwujudnya Bandung sebagai kota metropolitan yang beradab menuju baldatun thoyibatun wa rabbun ghafur. Salah satu gebrakan yang telah dilakukan adalah berhasil mendorong Pemerintah Kota Bandung dalam menutup lokalisasi prostitusi Saritem yang sudah berumur hampir 200 tahun.



Usaha-usaha yang dilakukan BMW diantaranya :



•Membangun kerja sama dengan aparat yang berwenang untuk memberantas kemaksiatan.

•Sosialisasi dan promosi untuk mempublikasikan dan memberi pendidikan kepada masyarakat mengenai bahaya maksiat dan upaya penanggulangannya.

•Melakukan upaya-upaya hukum bagi para pelaku dan pebisnis yang berbau maksiat.

•Advokasi korban dan pelaku dengan memberikan perlindungan hukum bagi korban dan pelaku kemaksiatan yang hendak bertaubat.

•Rehabilitasi bagi mantan pelaku, dengan memberikan pelatihan dan keterampilan kerja dan atau menyediakan sarana pengobatan bagi korban.

•Membangun kemitraan dengan lembaga-lembaga zakat.

•Melakukan langkah-langkah preventif untuk mencegah kemaksiatan lebih meluas.



c.Kerja sama lingkup nasional



Di tingkat nasional KAMMI Pusat menjadi pelopor terbentuknya Forum Pemuda dan Mahasiswa Muslim Indonesia (FPMMI). Forum ini bertujuan sebagai wadah perjuangan bersama dalam membangun masyarakat Indonesia yang Islami. Organisasi Islam yang tergabung dalam forum ini diantaranya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), Pelajar Islam Indonesia (PII), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM).



d.Kerja sama lingkup internasional



Ruang gerak KAMMI tidak hanya terbatas dalam lingkup wilayah geografis Indonesia saja, tetapi kerjasama dengan organisasi Islam di luar Indonesia pun tidak luput dari perhatian KAMMI.



Beberapa organisasi internasional seperti World Assembly Moslem Youth (WAMY) dan International Islamic Federation Student Organization (IIFSO) menjadi salah satu wahana KAMMI untuk saling bertukar ide dan gagasan dengan pemuda muslim di seluruh dunia.



Bentuk partisipasi aktif KAMMI diantaranya ikut serta dalam konferensi International Islamic Federation Student Organization (IIFSO) yang dilaksanakan di Turki pada 13-15 Agustus 2008.



Agenda pada acara tersebut lebih terfokus pada eksplorasi tentang peran pemuda pada aspek pendidikan, sains dan teknologi, politik, media, dan budaya.



Berikut sedikit catatan perjalanan yang ditulis oleh Rahman Thoha Budiarto, ST alias Amang (Sekjen KAMMI Pusat) dan M. Fikri Aziz (Ketum KAMMI Jakarta) sebagai perwakilan KAMMI dalam mengikuti konferensi tersebut. Selamat membaca dan happy enjoyed it !



4.KAMMI dan Rakyat



kemiskinan yang semakin merajalela, harga sembako yang membumbung tinggi, antrian masyarakat yang ingin membeli BBM adalah sekelumit permasalahan yang menimpa bangsa kita hari ini. Di sisi lain, pejabat pemerintah yang dengan enaknya memakai fasilitas rakyat semakin ongkang-ongkang kaki di gedung yang katanya gedung terhormat. Adanya kesenjangan ini seharusnya tidak terjadi, kalau pemerintah memihak kepada rakyat.



Adanya ketidakadilan ini menjadi perhatian serius bagi KAMMI. KAMMI yang hidup di tengah-tengah rakyat meyakini spenuhnya bahwa pengabaian terhadap rakyat adalah perbuatan dzalim yang harus dilawan. KAMMI dan rakyat adalah ibarat ruh dan tubuh. Oleh karena itu, KAMMI akan senantiasa berdiri di bagian terdepan dalam membela kepentingan rakyat, menjadi solusi bagi persoalan mereka, menghubungkan kasih sayang yang damai diantara mereka sekaligus berusaha menjadi sebab bagi kemuliaan mereka.



5.KAMMI dan Elemen Masyarakat



Menjadi bagian dari masyarakat Indonesia adalah hal yang harus kita syukuri bersama. Negara ini tidak hanya memiliki sumber daya alam yang begitu melimpah tetapi juga keanekaragaman suku, bahasa dan budaya yang menjadi corak khas negara kita.

Coba kita tengok, mulai dari Sabang sampai Merauke ada berapa suku, jenis bahasa dan ragam budaya yang dimiliki oleh setiap daerah. Subhanallah, hal yang jarang kita temukan di belahan dunia manapun selain di negeri kita,Indonesia.



Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi satu jua, menjadi semangat pemersatu dari perbedaan yang ada di seantero negeri ini. Oleh karena itu, KAMMI menyadari sepenuhnya bahwa keanekaragaman yang dimiliki akan menjadi kekuatan yang bisa membawa bangsa ini menjadi bangsa yang makmur, sejahtera dan dirahmati Allah SWT. Dalam setiap aktivitasnya, KAMMI akan senantiasa bekerjasama, bermua’amalah dan saling memberi kemanfaatan (intifa’) dengan seluruh elemen yang memiliki kepedulian yang sama dengan KAMMI. KAMMI melakukannya dengan tanpa membeda-bedakan suku, agama, ras dan golongan.



6.KAMMI dan Partai Politik



Sebagai organisasi gerakan mahasiswa, sikap KAMMI dalam menyikapi kondisi bangsa selalu berdasarkan prinsip moral dan intelektualitas. Posisi KAMMI yang berada di luar struktur pemerintahan menjadikan KAMMI tidak berpihak kepada partai manapun, sehingga agenda gerakannya murni untuk kepentingan rakyat.



Dalam konteks perbaikan kondisi bangsa dan negara, KAMMI akan siap bekerjasama dengan partai politik manapun yang menurut KAMMI masih mengedepankan intelektualitas, nurani, dan kpeduliannya pada rakyat. Tentunya kerjasama yang dilakukan sesuai dengan prinsip Ilahiyah, bukan berdasarkan kekuasaan ataupun materi semata.



Bagi partai politik yang hanya mengumbar janji, tidak memberikan contoh teladan bagi rakyat dan hanya mementingkan kepentingan partainya dibandingkan dengan kepentingan rakyat, maka KAMMI dengan tegas siap menjadi barisan terdepan untuk mengingatkan partai politik supaya menepati janjinya dalam memperjuangkan aspirasi rakyat.



7.KAMMI dan Pemerintahan



Dalam tataran sebuah negara, peran pemerintah adalah sebagai pemimpin dan pelayan. Di satu sisi berperan sebagai penanggung jawab roda pemerintahan, yang mengatur hajat hidup orang banyak dan di sisi lain menjadi pelayan bagi kepentingan masyarakat.



Selain dua peran tersebut, pemerintah sebagai pemimpin masyarakat harus mempunyai kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan yang dipimpinnya. Hal ini sesuai dengan apa yang pernah disampaikan oleh Rasulullah SAW, yaitu :



Hadis ini menegaskan kepada kita bahwa kualitas orang-orang yang duduk di pemerintahan mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam membangun kondisi bangsa. Apabila kualitas intelektual dan spiritualnya bobrok, maka akan bobrok pula kebijakan yang dikeluarkannya. Tetapi sebaliknya, pemerintahan yang memegang teguh prinsip Ilahiyah dan bertanggung jawab terhadap apa yang dilakukannya maka kualitas masyarakat pun pasti akan meningkat jauh lebih baik.



Atas dasar itu, maka sikap KAMMI terhadap pemerintah adalah :



1.Akan senantiasa memberikan kontrol dan evaluasi atas sikap dan kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah.

2.Mendukung setiap upaya perbaikan dan pembangunan yang dilakukan untuk kepentingan masyarakat selama tidak bertentangan dengan syariah Islam.

3.Siap melawan pemerintah jika berlaku dzalim, melanggar prinsip syari’ah Islam, tidak peka terhadap realitas masyarakat dan tidak rasional dalam mengeluarkan kebijakan.

4.Sikap KAMMI tersebut akan dilaksanakan semaksimal mungkin dan menghindari cara-cara yang tidak bermoral dan membawa madharat lebih lanjut.



8.KAMMI dan Media Massa



Peran media massa pada zaman kiwari sangatlah penting. Kalau kita analogikan media massa ibarat sambal. Makan baso tanpa sambal, rasanya pasti kurang pas, atau istilah gandrungnya kurang ma’nyus. Begitu juga dengan kondisi sekarang, dengan adanya media massa, arus informasi dengan cepat bisa kita dapatkan.



Fungsi media massa pada dasarnya bukan hanya sebatas menyampaikan informasi dengan cepat saja, tetapi hal yang paling penting adalah konsistensinya dalam memegang teguh kode etik jurnalistik. Media massa yang cerdas akan mampu mewujudkan masyarakat yang peduli terhadap fenomena sosial yang terjadi. Tetapi sebaliknya penyimpangan yang dilakukan oleh media massa secara langsung dapat membodohi masyarakat dan menghancurkan bangunan moral dan sosial Indonesia.

Dalam buku How to Handle the Media (1996), Jim Macnamara mengatakan kepada kita bagaimana caranya menghadapi media. Berikut petikannya :



Peranan KAMMI sebagai gerakan mahasiswa adalah berusaha semaksimal mungkin meningkatkan moralitas bangsa, salah satunya dengan cara mengawal setiap langkah yang dilakukan oleh media massa. KAMMI akan menempatkan diri menjadi partner bagi media massa yang sama-sama ingin mewujudkan tatanan masyarakat yang lebih baik. Tetapi sebaliknya, KAMMI akan menjadi mercusuar peringatan bahkan siap jadi gong pemukul bagi media massa yang berani menyimpang dari koridor kebenaran.







Wallahu'alam bishshawab.

Revitalisasi Nilai Perjuangan Ormas







Oleh : Ramlan Nugraha





Tulisan ini didedikasikan sebagai bahan diskusi menghadapi Musyawarah Kerja Nasional (Mukernas) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) periode 2008-2010. Sebuah langkah progresif harus dilakukan untuk menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks. Selamat membaca !









Kondisi perkembangan sosial politik yang terjadi di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari peran Organisasi Kemasyarakat (ormas). Menjamurnya jumlah Ormas menjadi salah satu faktor dalam memperkuat basis masyarakat untuk mengawal dan mengawasi segala kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Perubahan signifikan yang mendasari hal ini adalah agenda reformasi yang terjadi pada 1998. Sebagai perbandingan, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sebelum reformasi (1996) jumlah Ormas hanya sekitar 10.000 tetapi pasca bergulirnya reformasi (2000) jumlahnya melonjak sampai sekitar 70.000.



Hal ini mengindikasikan bahwa keinginan masyarakat untuk turut serta dalam segala aspek kehidupan bangsa dan negara adalah semakin besar. Selain itu, fenomena menjamurnya Ormas-Ormas ini juga tidak bisa dilepaskan dari faktor atas ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah yang berkuasa. Terlepas dari itu semua kita patut berbangga bahwa, mengutip istilahnya MT. Zein, ''derajat integrasi sosial'' masyarakat kita semakin meningkat.



Dalam bukunya yang berjudul Soft Power: The Means to Success in World Politics (2004), Joseph SN Guru Besar Universitas Harvard berpendapat bahwa peran Ormas mempunyai kekuatan yang tidak boleh dianggap sebelah mata. Dia mencontohkan Greenpeace (lingkungan), Amnesty International (pelanggaran HAM), dan Transparency International (korupsi) sebagai lembaga yang bisa mempengaruhi politik kebijakan secara signifikan.



Begitu juga dengan gerakan mahasiswa yang mendedikasikan dirinya dalam wilayah ekstra parlementer. Mereka memiliki kekuatan besar dalam menciptakan tatanan baru kehidupan bangsa dan negara. Gerakan mahasiswa merupakan aset masa depan yang mempunyai posisi relatif “netral” dari ranah kekuasaan semata. Tetapi akan sangat fatal akibatnya, kalau gerakan mahasiswa menciderai gerakannya sendiri dengan tergiur money politic dan sejenisnya.



Menjelang Pemilu 2009, tantangan Ormas dalam menyikapi masyarakat dihadapkan pada sebuah shock therapy kebijakan yang ada. Pertama, masalah kesejahteraan yang tak kunjung menentu. Kedua, masalah moralitas dan arus informasi yang semakin liar.







1. Masalah Kesejahteraan (Wellbeing)







Dalam pidatonya tentang kondisi perekonomian Indonesia beberapa bulan yang lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melaporkan bahwa stabilitas ekonomi makro dan pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami kemajuan. Tetapi faktanya kita melihat bahwa hal yang kontradiktif bila dibandingkan dengan jumlah pengangguran yang semakin meningkat. Apalagi dengan imbas krisis global yang terjadi di Amerika Serikat, pemerintah dianggap tidak bisa untuk melindungi rakyat terutama kaum dhuafa (petani, buruh, pedagang kaki lima, nelayan, dll).



Selama kepemimpinan SBY, kebijakan pemerintah dalam menaikkan harga BBM dilakukan selama dua kali. Pertama pada Oktober 2005 dengan kenaikan rata-rata 140 % dan yang kedua pada Mei 2008 dengan kenaikan sebesar 30 %. Selain itu, kebijakan konversi minyak tanah ke gas dan pemberian Bantuan Langsung Tunai (BLT) dinilai merugikan kepentingan rakyat.



Hal mendasar dari kebijakan-kebijakan tersebut disebabkan oleh lemahnya kepemimpinan yang ada. Privatisasi perusahaan pemerintah yang dilakukan oleh pemerintahan Megawati tidak bisa dikembalikan lagi menjadi milik pemerintah. Kenapa? Karena lemahnya kapasitas kepemimpinan menjadi masalah substansial di negeri.





2. Masalah Moralitas dan Arus Informasi









Perhelatan tentang UU Pornografi yang baru disahkan kemarin mengundang pro-kontra di kalangan masyarakat. Kita mesti bersyukur dengan disahkannya UU tersebut, tetapi di sisi lain kita juga harus mengawal dan mengarahkan UU ini, terutama dalam proses penerapannya di lapangan.



Jargon di mana sekarang adalah era transisi demokrasi, dimanfaatkan oleh pihak sekuler, hedonis, materialistis untuk menyebarkan faham-faham mereka. Media massa terutama elektronik dan cetak yang didanai oleh pihak-pihak kapitalis menjadi corong propaganda mereka. Demokrasi di agung-agungkan seolah menjadi keputusan final dari semua pertanyaan yang ada. Maka tak ayal, bencana yang melanda negeri ini salah satunya mungkin disebabkan karena kesombongan manusia dalam menempatkan posisinya di hadapan sang penguasa alam, Allah SWT.



Dari berbagai tantangan dan kondisi yang ada, maka Ormas harus selalu dinamis dalam memandang perubahan yang terjadi di masyarakat. Mereka harus tetap berada dalam garda terdepan membela kepentingan rakyat. Dalam perkembangannya, strategi gerakan Ormas yang sering dilakukan diantaranya :





1. Gerakan Advokasi





Perkembangan Ormas pasca 1990-an menurut Meuthia Ganie-Rochman dalam bukunya yang berjudul “An Uphill Struggle: Advocacy NGOs under Soeharto’s New Order (2002) secara terang-terangan telah mengubah dunia politik tradisional dari sekadar lembaga-lembaga politik formal dan tradisional menjadi berorientasi pada kekuatan masyarakat. Dia menyebutnya sebagai Ormas atau LSM advokasi dan menjelaskan tentang beberapa isu politik yang biasa dlakukan adalah :



(1) kebebasan berorganisasi

(2) kebebasan berekspresi

(3) pemilu yang adil

(4) aturan hukum (rule of law)

(5) UU Antisubversi dan Haatzaai Artikelen

(6) UU yang membatasi ekspresi politik



Dalam kesimpulannya, Dia berpendapat bahwa strategi advokasi di Indonesia umumnya berkisar pada tiga hal, yaitu :



(1) memilih pengadilan sebagai arena politik

(2) menargetkan pada perubahan peraturan/UU

(3) menggali dukungan advokasi internasional



Sebagai bagian dari sektor ketiga, Ormas termasuk salah satu pilar menuju terciptanya Masyarakat Madani. Tujuan Ormas sebagai bagian dari pilar tersebut adalah :



(1)Menjaga agar hak-hak masyarakat terlindungi

(2) Mempengaruhi kebijakan publik

(3) Sebagai sarana cheks and balances pemerintah

(4) Mengawasi penyalahgunaan kewenangan sosial pemerintah

(5) Mengembangkan SDM

(6) Sarana berkomunikasi antar anggota masyarakat



Sumber : www.transparansi.or.id



Secara substansi saya melihat pada akhirnya stressing point yang akan dilakukan oleh Ormas gerakan mahasiswa lebih menekankan pada perubahan peraturan/UU. Adapun deal-deal politik dengan para stakeholder, pendidikan politik dengan seminar, demonstrasi, bakti sosial, dll pada hakikatnya adalah sarana bagaimana gagasan organisasi bisa mempengaruhi sampai merubah kebijakan yang ada, sedang ataupun yang akan dibahas.





Yang perlu diingat adalah tidak jarang wilayah sosial politik seringkali mempengaruhi idealisme seseorang, tidak terkecuali para aktivis Ormas. Hal yang bisa menjadi bumerang tatkala itu terjadi karena dampaknya bisa menyebabkan collaps-nya organisasi tersebut. Islam mengajarkan bagaimana kekuasaan bisa menjerat seseorang masuk ke dalam neraka apabila Dia menyalahgunakan amanahnya, tetapi sebaliknya kekuasaan yang dijalankan dengan penuh ketaqwaan kepada Allah SWT bisa menjadi sebab seseorang masuk ke dalam syurga

Gerakan Oposisi Ekstra Parlementer



Peran Ormas dalam proses pembangunan sistem politik menjelang Pemilu 2009 ini adalah memfokuskan gerakan pada masalah rekontruksi sistem politik sehingga tatanan baru yang dicita-citakan bisa terwujud. Hal ini cukup berbeda ketika zaman Orde Baru berkuasa yang lebih menekankan pada wilayah dekontruksi terhadap sistem politik yang ada.



Selain itu, hal yang harus diperhatikan oleh setiap Ormas adalah bagaimana modal sosial yang dimiliki berupa kepercayaan masyarakat, idealisme perjuangan terhadap kepentingan ekonomi rakyat kecil, dsb bisa terus ditingkatkan. Dan yang paling utama adalah fungsi kontrol terhadap laju pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah.



Dalam beberapa kasus, peran Ormas sebagai partner pembangunan yang disepakati dalam bentuk kerjasama seringkali juga dilakukan. Khusus untuk Ormas gerakan mahasiswa, saya melihat fungsi kontrol justru hal yang harus menjadi kekuatan gerakan, dibanding dengan mengejar-ngejar proyek pemerintah untuk diajak kerjasama ataupun mendapatkan dana dari pemerintah. Alih-alih untuk membela kepentingan rakyat, dan apologi karena merasa ada hak setiap organisasi dalam kas pemerintah sehingga sayang kalau diberikan kepada Ormas-ormas gurem yang tidak jelas, tapi akhirnya membuat taring gerakan semakin tumpul dan terjebak dalam kungkungan materi semata.



Menurut Prof. Jim Ive dan DR. Frank Tesiriero dalam bukunya “Community Development : Community-Based Alternatives in an Age Globalisation (2006) disebutkan bahwa :



Pendekatan untuk pengembangan masyarakat yang berupaya memperkecil bantuan dana pemerintah mungkin dikecam karena ‘melepaskan apa yang sudah menjadi haknya’ yang memberi alasan bagi pemerintah untuk memotong dana sosial atas dasar bahwa program tersebut lebih baik dilaksanakan oleh masyarakat yang otonom, dan berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri.”



Dalam tulisan tersebut Dia juga berpendapat :



“Akan tetapi, perlu juga ditekankan bahwa jika masyarakat tidak menggantungkan pada pemerintah, Ia dalam posisi yang lebih kuat untuk mengkritisi pemerintah, untuk mengajukan alternatif yang progressif atau radikal, dan terbebas dari pengawasan pemerintah, sedangkan kelompok yang menerima penbiayaan dari pemerintah, mau tak mau harus mengkompromikan independensinya.”



Sebagai penutup bagian itu Dia menjelaskan bahwa visi pengembangan masyarakat pada dasarnya mencoba untuk memberikan sebuah alternatif akhir kepada pemerintah, maka setiap Ormas yang memfokuskan gerakannya pada visi ini perlu melepas batasan-batasan operasional dalam sistem pemerintah.



Pemerintah, baik yang kanan maupun yang kiri, jauh lebih takut terhadap aksi masyarakat yang independen, otonom, dan dapat memenuhi kebutuhannya sendiri, bukan takut pada kelompok yang dapat dikontrol secara efektif melalui dukungan finansial pemerintah.”



Mengambil studi kasus pasca Pilkada atau Pemilu, mengutip pendapatnya Zaim Saidi, gerakan oposisi ekstra parlementer bisa melakukan peranannya seperti membentuk komite aksi politik untuk berbagai isu lokal maupun spesifik (isu anak, lingkungan, perempuan, dsb), memfasilitasi temu kota yang mempertemukan para politisi untuk membahas dan menyelesaikan isu-isu diatas, memantau program pemerintah yang sedang berjalan, pelobi bagi kepentingan publik, dll.







Penutup





Pada akhirnya revitalisasi Organisasi Masyarakat (Ormas) akan mengalami perkembangan yang signifikan tatkala berasal dari Ormas itu sendiri. Kesadaran akan arti perjuangan setidaknya akan menjadi spirit bagi langkah gerak Ormas ke depan. Tidak menjadi “ormas pelat merah” yang hanya terus menerus berada di bawah ketiak pemerintah ataupun kacung politikus yang hanya mengejar kekuasaan an sich. Ormas adalah salah satu pilar dalam pembangunan Indonesia. Mari konsolidasikan Ormas Indonesia dalam satu barisan, terus berjoeang membela kepentingan rakyat kecil. []







Wallahu’alam bishshawab.

















Sumber rujukan :





Ganie Rochman, Meuthia. (2002). An Uphill Struggle: Advocacy NGOs under Soeharto’s New Order. Jakarta : UI Press



Eldin, Achyar. (2003). Dakwah Stratejik. Jakarta : Pustaka Tarbiatuna



SN, Joseph. (2004). Soft Power: The Means to Success in World Politics. Harvard University



Ife, Jim & Tesoriero, Frank. (2006). Community Development : Community-Based

Alternatives in an Age Globalisation. Australia : Pearson Education Australia



Kompas, 22 Januari 2003



Suara Merdeka, 27 Desember 2003



Lampung post, 7 Juli 2004



http://www.transparansi.or.id/



http://www.unisosdem.org/













Wednesday, December 10, 2008

Nyalakan Kembali Suluh Api Perjuangan Pemuda dan Rakyat !



“Resapi kembali ajaran keberanian, kebenaran dan keadilan.

Karena kamu akan dipanggil kembali untuk memimpin

bangsa-bangsa di dunia.”

(Muhammad Iqbal)



Gemuruh agenda perubahan sudah ditabuh dengan kencang di negeri ini. Jikalau kemarin rakyat Thailand sudah berhasil menumbangkan pemerintahannya, lantas pertanyaannya bagaimana dengan Indonesia ? Jangan apologi dengan jawaban bahwa disana kekuatan militer mendukung partai oposisi sehingga membuat perubahan cepat terjadi, sedangkan disini tidak. Militer memang menjadi kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi kekuasaan. Tapi yang jelas, kekuatan pemuda, mahasiswa dan rakyat harus kita nyalakan kembali demi perubahan yang berarti di negeri ini, bukan sekedar basa-basi tanpa bukti konkret.


Signifikansi Perubahan


Agenda reformasi yang membuka keran perubahan bagi segala aktivitas demokrasi mengalami jalan berliku karena ulah partai politik yang sekedar hidup mencari kekuasaan an sich. Kita jenuh dengan segala istilah masa transisi demokrasi karena akhirnya transparansi hanya sekedar lips service para pemain dagelan yang hanya ingin dianggap berjasa oleh rakyat.

Arena konsolidasi di masa ini hanya untuk berbagi kue kekuasaan saja tanpa diiringi signifikansi perubahan yang berarti. Buktinya pemerintah hari ini tidak bisa menjamin kesejahteraan masyarakatnya, program Bantuan Langsung Tunai (BLT) bukan memberikan masa depan yang cerah bagi masyarakat tapi malah ajang pembodohan semata.

Permasalahan utama terletak pada perubahan yang dilakukan tidak berjalan sesuai dengan agenda reformasi. Mayoritas kebijakan pemerintah tidak sejalan dengan keinginan rakyat, terutama pada isu-isu strategis sektoral kehidupan rakyat. Perbedaan cara pandang (world view) antara kepentingan rakyat dan partai seolah semakin renggang.


Nyalakan Kembali Suluh Api


Robert Putnam (1993) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kinerja ekonomi dari komunitas secara langsung berkorelasi positif dengan tingkat kegiatan masyarakat madani. Pembangunan politik yang bertujuan untuk membuka ruang publik yang selebar-lebarnya bagi masyarakat ternyata harus diimbangi dengan pembangunan ekonomi yang sehat. Kesejahteraan memegang peranan penting dalam menstabilkan kehidupan rakyat. Krisis global yang terjadi di Amerika Serikat akhir-akhir ini sangat berpengaruh besar terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Dampak dari krisis ini tidak saja membuat meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena banyak perusahaan yang collaps tapi ternyata hal yang lebih penting adalah ikhtisar dari ini semua bahwa perekonomian kita masih berkiblat pada Amerika Serikat.

Perubahan radikal dan tegas untuk melaksanakan agenda reformasi ternyata tidak berani dilakukan oleh pemerintah. Kekuatan sektor non-pemerintah sebagai salah satu basis kekuatan masyarakat harus bersatu padu untuk kembali menegaskan tentang rel reformasi yang selama ini telah melenceng. Tidak ada pilihan lain, saatnya nyalakan kembali suluh api perjuangan pemuda dan rakyat !


Wallahu’alam bishshawab






Ramlan Nugraha, Lahir pada 31 Mei 1986 di Purwakarta, Jawa Barat. Penggiat Vocational Education ini masih menempuh pendidikan di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Sejak 2004, bergabung dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Sekarang diamanahi sebagai Sekretaris Umum KAMMI Daerah Bandung.

Nokia Home Control Center: la solución domótica de Nokia

Poco a poco, más bien pronto que tarde, como suele pasar con la tecnología, la domótica será indispensable en nuestras casas. De hecho ya la mayoría de las casas de nueva construcción tienen algún sistema d este tipo integrado.

El problema es que son muchas las empresas que se dedican a hacer este tipo de soluciones y muchas funcionalidades las que nos ofrecen. Lo que quiere decir que al irlas implementando en nuestra casa poco a poco puede que haya problemas entre ellas.

Nokia nos propone una solución para estos problemas llamada Nokia Home Control Center. No son sistemas domóticos, sino un sistema que permite juntar todos los sistemas que implementes en tu casa y usarlos sin que haya interferencias entre ellas, creando un sistema domótico aún contando con distintos productos de distintas marcas o con distintas funcionalidades.

Para manejar este sistema podrás utilizar el ordenador, o como no, hablando de Nokia, nuestro teléfono móvil. Mediante una plataforma en Linux.

Con él podremos controlar desde luces a temperatura, pasando por otras funcionalidades que podéis ver en el esquema de arriba. Claro que tendremos que instalarlos por separado.

Más información Nokia

Blogalaxia:, , , , , Technorati:, , , , , agregaX:, , , , ,

La cocina, un espacio más saludable

Las cocinas han evolucionado a lo largo de la historia en función tanto de los diferentes usos y actividades que en ellas se realizan como de los progresivos avances tecnológicos que se han ido desarrollando e incorporando a este espacio.




En el siglo XXI, las nuevas tecnologías nos ofrecen un amplio abanico de posibilidades que debemos tener en cuenta a la hora de concebir y diseñar un espacio en el que la seguridad alimentaria es una prioridad.
La creciente preocupación por un estilo de vida más saludable se materializa en viviendas sostenibles en las que tanto el diseño de los materiales utilizados como las fuentes de energía de las que se abastecen son más respetuosas con el medio ambiente.

Esta corriente se plasma también en el concepto de Cocina Saludable concebida como un espacio preparado para facilitar el desarrollo de unas correctas prácticas de manipulación, tanto en diseño como en equipamiento, y facilitar la limpieza, la higiene y el mantenimiento.


Para ello se han de tener en cuenta aspectos como:
  • Condiciones ambientales apropiadas (temperatura, humedad, aireación).
  • Materiales y equipos adecuados (resistentes, no porosos, no tóxicos,).
  • Diferentes zonas integrales en la cocina: almacenamiento, manipulación, cocinado, limpieza, residuos.
  • Cadena de trabajo de no retorno hacia adelante, de manera que el alimento avance en la cadena de preparación sin que se produzcan interferencias con etapas anteriores.

Podemos conseguir una cocina más saludable gracias a los denominados Sistemas Pasivos de Seguridad Alimentaria (SPSA), materiales y equipos de última generación que, instalados en la cocina, mejoran el nivel de seguridad e higiene de la misma sin que modifiquemos sustancialmente nuestros hábitos de manipulación.


En seguridad alimentaria se puede englobar dentro de estos sistemas los siguientes materiales y equipos:
  • Materiales y revestimientos con tratamientos bacteriostáticos. Protegen de manera segura de la proliferación bacteriana entre limpieza y limpieza.
  • Neveras y pequeños electrodomésticos con protección bacteriana. Evitan el desarrollo de microbios en un lugar tan delicado como es el interior de las neveras así como en pequeños electrodomésticos.
  • Herramientas (tablas y cuchillos) e interruptores de luz con tratamiento antibacterias que reducen el peligro de contaminación.
  • Receptores higiénicos de residuos con tecnología de infrarrojos. Con sólo acercar la mano o un objeto al receptor, éste se abrirá de forma automática, para luego cerrarse una vez el objeto haya sido depositado en su interior.
  • Dispensadores automáticos de agua y jabón con sensor. El grifo se ha convertido en un producto mucho más higiénico. Colocando las manos bajo el rociador el agua comienza a fluir automáticamente gracias a su sensor de infrarrojos, para detenerse una vez se hayan retirado. Ahorra agua y evita el traspaso de gérmenes, acumulados en el grifo de forma inevitable, a las manos. Este sistema también puede aplicarse al dispensador de jabón líquido.
  • Secadores por microcorrientes de aire de alta velocidad, mucho más higiénicos que el tradicional trapo, el papel de cocina e incluso los secadores por aire caliente.

Al dotar a las cocinas con Sistemas Pasivos de Seguridad Alimentaria (SPSA) se cuenta con un extra de seguridad a partir del cual mejoraremos nuestros resultados sin cambiar nuestros hábitos de manipulación y por el que estaremos más protegidos. Estos sistemas no sustituyen en ningún caso unas correctas prácticas de manipulación sino que constituyen un plus de protección frente a posibles peligros alimentarios, especialmente los de naturaleza microbiológica.



Información proporcionada por el Instituto Silestone para la Higiene en la Cocina (ISHC).

Fuente: http://www.decoestilo.com

Blogalaxia:, , , , , , , , Technorati:, , , , , , , , agregaX:, , , , , , , ,

Wednesday, December 3, 2008

Nueva línea de mobiliario infantil

PortobelloStreet.es ha incorporado a su oferta de mobiliario para la casa, una línea de producto para los más pequeños.

Está colección de mobiliario infantil está disponible en acabado lacado blanco o con dibujos infantiles e incluye una amplia selección de cunas, camas, armarios y cómodas entre otros.

Las cestas integradas en cunas, armarios y cómodas resultan ideales para mantener el cuarto ordenado. Perfectos para guardar tanto la ropa como los juguetes o complementos.
Las camas y mobiliario pintado con motivos infantiles aportan alegría a la habitación al mismo tiempo que ayudan a los más pequeños a desarrollar su imaginación convirtiéndolos en auténticos piratas o princesas.

Blogalaxia Tags , , , , , , , ,
Technorati Tags
, , , , , , , ,

Decorar con velas

Fueron las primeras lámparas que alumbraron a nuestros antepasados, y aunque actualmente no se usen con esta finalidad, la presencia de las velas no ha desparecido de nuestras casas.



Su uso ha pasado por diferentes fases. Al principio se utilizaban por necesidad, por la imperiosa necesidad de ver en la oscuridad, pero más adelante la bombilla llegó a este mundo para cumplir esa función. En este momento, el uso y la importancia de las velas residen en su significado; religioso, romántico, espiritual…




Su fuego resulta absolutamente embriagador, y hace que su presencia en una cena para dos, se convierta en el principio de algo especial. Están presentes en todo aquello que tiene que ver con la religión, como por ejemplo formando parte de la decoración de la iglesia en una boda. Pero también cumplen una función espiritual que las hace indispensables en espacios destinados a la reflexión o al relax mental.



Las velas se han convertido en un objeto de deseo, en un accesorio fundamental en la decoración de cualquier casa actual.



Sus formas son muchas muy variadas, y ellas tampoco se escapan a las modas, a los colores tendencia o a los diferentes estilos de decoración. Unas veces reconoceremos su estilo en la propia vela, por su forma o su diseño, pero en ocasiones será su soporte quien nos aporte estos datos.



Los candelabros de plata han sido considerados desde siempre un artículo lujoso y elegante, y uno de los mejores regalos que alguien podía recibir cuando estrenaba casa. Actualmente siguen estando de completa actualidad, pero al mismo nivel que las bandejas de madera, los soportes de abalorios, recipientes de cristal… y por supuesto los propios candelabros de plata con diseños reinventados de modernidad.





Blogalaxia Tags , , , , , ,
Technorati Tags
, , , , , ,

Tuesday, December 2, 2008

click on images for larger view












click on images for larger view