Showing posts with label kammi. Show all posts
Showing posts with label kammi. Show all posts

Sunday, December 5, 2010

Aku dan Kamwil 1

 Tulisan ini kucoba untuk menjawab beberapa teman, terutama Sdr. Irsan yang mendukungku untuk menjadi Ketua Kammi Jabar. Aku coba jujur pada diriku, tanpa memupuskan tanggung jawab jika amanah baru itu datang. Kekuasaan adalah sarana, haram kalau kita tergila-gila padanya. Kammi adalah organisasi pengkaderan dan pergerakan. Sehingga setiap kebijakan, harus berdasarkan karakter itu. Terima kasih.

Maaf kawan-kawan baru dibalas. Secara pribadi, saya haturkan nuhun pada antm atas dukungannya. Di sisi lain, mungkin yang kita depankan dalam setiap proses menjelang suksesi adalah jangan dulu bicara orang (meski itu hak personal). Mungkin kita bisa bicara kriteria ketua ke depan seperti apa, gagasan organisasi ke depan seperti apa sehingga nanti mengerucut pada kriteria.

Kita pun tentu harus menjawab isu-isu yang banyak berkembang di tataran kader. Semisal kurang gregetnya peran eksternal Kamwil, kedekatan dengan partai tertentu, kocar-kacirnya masalah finansial organisasi sampai pada wilayah nilai teladan akademis sang pengurus. Isu-isu ini tentu harus dijawab. Alangkah tepat kalau kita lebih sering berdiskusi tentang bagaimana gerakan Kammi ke depan, dibanding sekedar meributkan para calon jagoannya. Menurutku, mungkin ini akan lebih memberikan pencerahan pada khalayak.

Sharing saja. Gagasan adanya KPR adalah bagaiman terbukanya ruang partisipasi kader. Kita ingin proses suksesi bukan hanya milik segelintir orang saja. Organisasi telah memberikan landasan yang jelas tentang mekanisme pemilihan. Terkait dengan "syuro-syuro internal" saya no comment. Yang jelas, secara nasional Kammi telah punya mekanisme tersendiri. Kalau sekedar masukan,nasihat,dll itu tentu sangat diharapkan. tapi kalau pada tataran "intervensi", secara pribadi tentu sangat disayangkan. Apalagi kalau ini terjadi di Jabar, yang oleh teman2 lain dianggap sebagai barometer.

Semangat yang terpendam dalam konstitusi yang telah kita sepakati bersama adalah menjadikan organisasi ini lebih "muda" dan progresif. Mengapa periode Kamda hanya setahun, syarat terbentuknya Kamda diperlonggar, sampai pada batasan usia. Hal ini adalah hasil bacaan kondisi terkini. Trend dunia sampai nasional (UU. Kepemudaan) adalah yang muda memimpin, yang muda cerdas, dan yang muda bertanggung jawab.

Mungkin kita perlu belajar dari ikhwah kita di Malaysia. Organisasi skala nasional dipimpin oleh para pemuda usia 24-26 tahun. Ditambah dengan kapasitas keilmuan yang mumpuni tentunya.

Organisasi ini ke depan butuh semangat baru, para pemuda dengan usia yang lebih muda tapi mempunyai kemampuan dan kematangan dalam mengurus organisasi gerakan ini. Kita pun harus berdecak kagum kepada Soekarno yang mendirikan PNI pada usia 26 tahun. Kammi adalah organisasi pengkaderan dan pergerakan. Kita punya tahap pengkaderan yang jelas. Seharusnya setiap kader disiplin atas hal ini. Tidak serta merta muncul kader karbitan hanya sekedar untuk mengisi struktur tertentu.

Kammi Jabar punya harapan, andalan organisasi secara nasional. Kita harus jadi contoh. Pengurusnya pun harus jadi contoh bagi semuanya. Bukan sekedar tampang ganteng, kedekatan dengan partai tertentu, ekonomi mapan, atau sekedar badan yang diatas rata-rata. Tidak ada kata titik untuk memilih pemimpin. Karena bisa jadi dia adalah pilihan terbaik kita, tapi bukan yang dibutuhkan oleh organisasi di zaman ini. Bijaklah dalam bersikap, jangan campur adukkan kepentingan pribadi dengan organisi. Mulailah dari sekarang kita galakkan kembali, di kampus-kampus, masjid, rumah makan, sekre, kostan dsb, tentang bagaimana organisasi ini ke depan? Diskusikan dengan mereka, adik-adik kita di Komsat ataupun Kamda. Biarkan mereka tuangkan ide dan gagasan untuk Kammi tercinta.


Kammi I love you, you give me such a trill. When it comes to my heart.
Bandung, 7 Des' 2010

Friday, October 15, 2010

Kesaktian Sang Ketua Umum

Menjelang pemilihan Ketua Umum KAMMI ke depan, adu gesek sudah mulai bermunculan. Yang paling seru adalah lewat dunia maya. Milis sebagai salah satu media anggota menjadi wahana seru lagi mengasyikkan untuk kita beradu opini. Kadang ada yang lucu, mengundang gelak tawa, sampai pada bisa bermunculannya urat nadi leher. Sampai pada suatu waktu, ada seorang milisi yang mengusulkan bahwa inti seorang ketua umum ke depan harus punya banyak kesaktian.

Wah seru nih, ketika istilah dunia persilatan masuk dalam tataran organisasi mahasiswa. Kesaktian tersebut adalah sakti dalam mencari pendanaan, sakti dalam mencitrakan KAMMI di media, sakti dalam mengelola kepengurusan, dan sakti dalam mengelola jaringan. Plus tidak lupa calon ketua umum harus bisa menguasai medan tempur Ibu Kota Jakarta. Busyet dah, kalau begini namanya calon ketua umum Kammi ke depan haruslah seorang pendekar kali ya. hehe..

Kita faham maksud yang memberikan opini tersebut. Tapi apakah tidak berlebihan menggunakan 'kesaktian' dalam redaksi kalimat tersebut? Ah saya coba searching apa itu 'kesaktian' dan apakah tepat digunakan untuk sebuah organisasi dakwah. Hehe.. itung2 belajar tata bahasa,EYD, kali aja bisa berguna kalau diangkat jadi Mahkamah Konstitusi.

Usul bukan usul, ternyata definisi 'kesaktian' menurut http://www.artikata.com/arti-376384-kesaktian.php yaitu:
1. Kepandaian (kemampuan) berbuat sesuatu yg bersifat gaib (melampaui kodrat alam): - itu diperolehnya dng jalan bertapa di puncak gunung;source: kbbi3
2. Kekuasaan gaib: krn - yg dimilikinya, ia pun dapat menolak setiap guna-guna yg ditujukan kpd dirinya.
Betewe , ternyata 'kesaktian' berhubungan dengan ilmu gaib. Kalo seperti ini calon ketua umum ke depan hanya terbatas pada kader yang telah S1 dengan gelar S.Ag alias Sarjana Ahli Ghoib. OMG alias Oma Makan Gelas.. kalo begitu bisa memunculkan konflik dong ini yang punya usul. So, maka dari itu, kata sakti tidak dapat dimasukkan ke dalam konstitusi kita. Usulan ditolak!! Hehe...

Wednesday, December 10, 2008

Nyalakan Kembali Suluh Api Perjuangan Pemuda dan Rakyat !



“Resapi kembali ajaran keberanian, kebenaran dan keadilan.

Karena kamu akan dipanggil kembali untuk memimpin

bangsa-bangsa di dunia.”

(Muhammad Iqbal)



Gemuruh agenda perubahan sudah ditabuh dengan kencang di negeri ini. Jikalau kemarin rakyat Thailand sudah berhasil menumbangkan pemerintahannya, lantas pertanyaannya bagaimana dengan Indonesia ? Jangan apologi dengan jawaban bahwa disana kekuatan militer mendukung partai oposisi sehingga membuat perubahan cepat terjadi, sedangkan disini tidak. Militer memang menjadi kekuatan tersendiri dalam mempengaruhi kekuasaan. Tapi yang jelas, kekuatan pemuda, mahasiswa dan rakyat harus kita nyalakan kembali demi perubahan yang berarti di negeri ini, bukan sekedar basa-basi tanpa bukti konkret.


Signifikansi Perubahan


Agenda reformasi yang membuka keran perubahan bagi segala aktivitas demokrasi mengalami jalan berliku karena ulah partai politik yang sekedar hidup mencari kekuasaan an sich. Kita jenuh dengan segala istilah masa transisi demokrasi karena akhirnya transparansi hanya sekedar lips service para pemain dagelan yang hanya ingin dianggap berjasa oleh rakyat.

Arena konsolidasi di masa ini hanya untuk berbagi kue kekuasaan saja tanpa diiringi signifikansi perubahan yang berarti. Buktinya pemerintah hari ini tidak bisa menjamin kesejahteraan masyarakatnya, program Bantuan Langsung Tunai (BLT) bukan memberikan masa depan yang cerah bagi masyarakat tapi malah ajang pembodohan semata.

Permasalahan utama terletak pada perubahan yang dilakukan tidak berjalan sesuai dengan agenda reformasi. Mayoritas kebijakan pemerintah tidak sejalan dengan keinginan rakyat, terutama pada isu-isu strategis sektoral kehidupan rakyat. Perbedaan cara pandang (world view) antara kepentingan rakyat dan partai seolah semakin renggang.


Nyalakan Kembali Suluh Api


Robert Putnam (1993) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa kinerja ekonomi dari komunitas secara langsung berkorelasi positif dengan tingkat kegiatan masyarakat madani. Pembangunan politik yang bertujuan untuk membuka ruang publik yang selebar-lebarnya bagi masyarakat ternyata harus diimbangi dengan pembangunan ekonomi yang sehat. Kesejahteraan memegang peranan penting dalam menstabilkan kehidupan rakyat. Krisis global yang terjadi di Amerika Serikat akhir-akhir ini sangat berpengaruh besar terhadap kondisi perekonomian Indonesia. Dampak dari krisis ini tidak saja membuat meningkatnya angka pengangguran disebabkan karena banyak perusahaan yang collaps tapi ternyata hal yang lebih penting adalah ikhtisar dari ini semua bahwa perekonomian kita masih berkiblat pada Amerika Serikat.

Perubahan radikal dan tegas untuk melaksanakan agenda reformasi ternyata tidak berani dilakukan oleh pemerintah. Kekuatan sektor non-pemerintah sebagai salah satu basis kekuatan masyarakat harus bersatu padu untuk kembali menegaskan tentang rel reformasi yang selama ini telah melenceng. Tidak ada pilihan lain, saatnya nyalakan kembali suluh api perjuangan pemuda dan rakyat !


Wallahu’alam bishshawab






Ramlan Nugraha, Lahir pada 31 Mei 1986 di Purwakarta, Jawa Barat. Penggiat Vocational Education ini masih menempuh pendidikan di Fakultas Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), Bandung. Sejak 2004, bergabung dengan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI). Sekarang diamanahi sebagai Sekretaris Umum KAMMI Daerah Bandung.