Sunday, August 16, 2009

ARTI SEBUAH KOMITMEN*

Catatan Kegiatan
Masjid Ukhuwah Balai Kota Bandung, 9 Agustus 2009





ARTI SEBUAH KOMITMEN*


Pekan kemarin saya kembali melakukan perjalanan ke daerah-daerah di Jawa Barat. Target untuk pekan tersebut sebenarnya mengunjungi 5 Daerah, tapi satu daerah yaitu Tasikmalaya tidak bisa. Sebagai ganti, mereka mengajukan kesiapan pada sabtu, 15 Agustus. Sebelum melakukan perjalanan, saya selalu berharap bahwa setiap perjalanan yang dilalui mempunyai nilai kualitas yang lebih besar dibandingkan dengan perjalanan sebelumnya. Perjalanan bagi saya mengandung unsur progresivitas kehidupan. Ada semangat yang menggebu, adrenalin yang meningkat cepat, ketika melakukan sebuah perjalanan.

Ada tausiyah yang menarik ketika kemarin (Ahad, 9/8) saya mengikuti acara satu hari bersama PKPU Jawa Barat di Masjid Ukhuwah, Balai Kota Bandung. Rencananya pada kesempatan itu Gubernur Jabar, Ahmad Heryawan menjadi pembicara. Tapi karena ada panggilan mendadak dari Presiden, beliau tidak jadi hadir. Sang pentausiyah, Ust. Darlis Fajar, bukan orang yang asing bagi masyakat Kota Bandung. Dalam tausiyahnya beliau menyebutkan dengan tegas bahwa satu hal yang harsu dimiliki oleh setiap muslim adalah komitmen. Komitmen bisa diartikan loyal, patuh, taat, dsb. Tetapi menurut beliau, pengertian komitmen adalah “tidak pake alasan!”.

Manusia dengan segala aktivitas hidupnya masing-masing pada dasarnya tidak lepas dari fungsi dasar penciptaannya. Keyakinan sebagai seorang hamba, bahwa dunia beserta isinya adalah ciptaan Yang Maha Kuasa, maka sudah menjadi kewajiban untuk melaksanakan apa yang diperintahkan-Nya. Dalam konteks ini, sesibuk apapun orang, maka tetap melaksanakan kewajiban sebagai seorang hamba harus tetap dijalankan. Ust. Darlis menegaskan bahwa apabila seseorang diberikan sebuah amanah maka potensi amanah tersebut bernilai dua hal, yaitu masalah dan anugrah.

Amanah berupa harta, jabatan, keluarga, dll akan menjadi masalah apabila dengan hal itu seseorang tidak bisa mendekatkan diri kepada Allah SWT. Tetapi akan menjadi anugrah yang tiada tara ketika dengan amanah tersebut kualitas taqwanya semakin meningkat. Inilah indikator dari kesuksesan sebuah amanah.

Saya merenung sejenak, mengevaluasi amanah yang sedang ditangggung, ataupun harapan untuk menanggung amanah lainnya. “ah, tak ada gunanya berleha-leha!”, kualitas amanah harus berbanding lurus dengan peningkatan kiecintaan kepada Allah SWT.

Dalam lingkup organisasi, ada penyesalan ketika seharusnya kita bisa melaksanakan amanah, tetapi ada saja alasan untuk menolak, menunda, bahkan tidak menyelesaikannya. Sibuk mengerjakan perkualiahan, Tugas Akhir, skripsi, agenda keluarga, dll, berbagai alasan pun dikemukakan. Kita terjebak dengan logika yang dibuat oleh pikiran kita sendiri. Padahal jika kita mau, bertekad dengan sepenuh hati, maka tidak ada yang mustahil bagi Allah SWT. Sekali lagi, ini arti sebuah komitmen! Arti sebuah kejelasan iman kita sebagai manusia. Apakah terjebak dengan logika, pakai hitung-hitungan, kalkulasi matematis, dsb, ataukah kita memakai iman kita ketika sebuah printah Allah datang kepada kita.[]



Wallahu’alam bishshawab.






*) Ramlan Nugraha, Pengurus Wilayah KAMMI Jawa Barat