Wednesday, August 12, 2009

MUTASI SATU MENIT

Catatan Perjalanan
Cirebon, 7 Agustus 2009





Prolog

Jum’at, 7 Agustus 2009 tepatnya pukul 14.00 saya merencanakan janji bertemu dengan Saudara Hendri dan rekan-rekan KAMMI Daerah Cirebon. Dua hari sebelum hari keberangkatan, saya sampaikan bahwa yang berangkat dari Bandung hanya saya sendirian.

Agenda perjalanan ke Cirebon ini merupakan salah satu program kerja monitoring yang direncanakan minimal setiap satu kali semester . Sebelum ke Cirebon, daerah lain seperti Bandung, Sumedang dan Garut sudah terlebih dahulu dikunjungi. Adapun Sukabumi dan Tasikmalaya direncanakan pada 13 dan 15 Agustus besok. Beberapa masukan dari setiap daerah tentu sangat berharga untuk dijadikan bahan referensi dan evaluasi gerakan ke depannya.

Pada awalnya, saya berencana ke Cirebon menggunakan sepeda motor. Tetapi setelah dipertimbangkan dengan matang, niat tersebut tidak jadi dilaksanakan. Masalah yang paling signifikan terletak pada kondisi ban belakang motor yang sudah gundul. Beberapa percobaan sengaja dilakukan untuk mengetes kondisi kesiapan motor. Hasil percobaan, ban belakang goyang cukup kencang ketika diajak menikung pada posisi 45o dengan kecepatan 70-80 km/jam. Hal ini cukup berbahaya apalagi jika kondisi jalanan yang penuh dengan batuan-batuan kecil. Hal ini setidaknya dapat membuat motor tergelincir, apalagi rute yang akan dilalui: Bandung-Sumedang-Majalengka-Cirebon, hampir mempunyai karakter medan yang sama. Saya berkesimpulan, motor tidak cukup siap untuk digunakan. Rekomendasi hasil percobaan: Ganti ban belakang dalam tempo yang setjepat-tjepatnya.

Berangkat dari Terminal Cicaheum Bandung pukul 09.00. Tetapi sebenarnya, saya bisa berangkat pukul 08.30. Karena suatu hal, yaitu sebelum ke terminal, saya singgah dulu ke sekretariat wilayah. Di sekretariat, sudah menunggu Mbah Kadir dan Saudara Ikhlas yang duduk tanpa sepatah kata pun. Hening tanpa bersuara. Oh, pantas saja, ternyata mereka sedang konsentrasi penuh dalam rangka pertandingan catur bergengsi jelang Agustusan. Event yang tidak jelas siapa panitianya ini, walaupun begitu tetap saja masih berjalan. Memang, beberapa pekan terakhir, para pengurus wilayah dan penghuni sekre sedang mengadakan pertandingan catur. Katanya sebagai latihan otak, daripada bayar ratusan ribu untuk ikut training be a smart brain lebih baik trainingnya diganti dengan catur. Halah-halah..

Nah, sebagai pengamat dadakan dunia percaturan, tak urung saya pun ikut berpartisipasi dalam pertandingan itu. Setengah jam berlalu, saya berpamitan dan beranjak menuju ke Terminal. Lokasi sekretariat yang tidak terlalu jauh dengan terminal, cukup dengan jalan kaki saja, 10 menit sudah sampai disana.

Proses Keberangkatan

Bus jurusan Bandung-Cirebon itu saya naiki. Bhinneka AC sengaja saya pilih karena suhu pada waktu itu cukup panasa. Apalagi lokasi perjalanan yang saya taksir sekitar 4 jam itu terletak di Pantai Utara Pulau Jawa.

Pukul 11.00, bus berjalan merayap. Di depan ternyata sebuah truk yang mengangkut buku-buku pelajaran Sekolah Dasar terguling ke dalam jurang. Untung jurang tersebut tidak terlalu dalam. Buku-buku berserakan. Masyarakat sekitar berduyun-duyun mulai berdatangan dan membantu.

Pukul 13.00, bus akhirnya sampai di terminal Harja Mukti Kota Cirebon. Sambil menunggu kedatangan rekan saya dari KAMMI Cirebon, saya pun sedkit merebahkan badan di tempat duduk samping loket terminal. 10 menit kemudian, rekan saya pun datang dan kami langsung berangkat menuju kampus II Universitas Swadaya Gunung Djati (Unswagati) dengan menggunakan sepeda motor.

Madrasah Siyasi II

Kedatangan saya ke kota ini sebenarnya hanya sebatas monitoring dan silaturahim saja dengan teman-teman pengurus daerah dan komisariat. Tetapi berhubunghari itu ada acara Madrasah Siyasi II, saya diminta untuk menjadi salah satu pemateri dalam acara tersebut. bagi saya tidak terlalu masalah, karena persiapan materi sudah ada walaupun tidak khusus untuk acara seperti MS II. Materi pun disampaikan dengan metode ceramah dan diskusi saja.

Bang Acun ternyata sudah berada di dalam ruangan terlebih dahulu. Ketua Departemen Hukum dan HAM KAMMI Pusat periode kemarin ini jauh-jauh datang dari Jakarta diundang oleh teman-teman Cirebon untuk mengisi acara ini. Beliau rencananya mengisi materi dengan tema politik pemerintahan. Kami sejenak bercengkrama, menanyakan kegiatan dan alamat beliau, begitupun sebaliknya. Karena waktu acara sudah dimulai, Bang Acun pun dipersilahkan moderator untuk langsung mengisi materi. Waktu kala itu menunjukkan pukul 14.30. Saya dan Saudara Hendri pamit, ijin keluar. Kami beranjak menuju sekretariat KAMMI Cirebon. Lokasi sekrenya tidak terlalu jauh dari kampus ini. perjalanan dengan sepeda motor kita tempuh kurang lebih 8 menit dari kampus II Unswagati. Kecepatan motor saat itu 70 km/jam. So, Anda bisa hitung berapa jarak dari kampus ke sekretariat?

Tidak lama setelah sampai di sekretariat, seseorang datang mengetuk pintu dan langsung masuk menuju tempat kami. Tamu tersebut yang baru diketahui adalah wartawan Radar Cirebon meminta Saudara Hendri untuk mengobrol empat mata di depan. Saya persilahkan, dan mereka pun pindah ke ruang tamu.

LPJ Tanpa Audit

Diskusi itu diikuti sekitar 15 orang dan semua mayoritas berstatus Anggota Biasa II. Kami memulai pukul 16.30 dan selesai menjelang adzan Maghrib. Beberapa penekanan pada diskusi memang diarahkan pada agenda pengawalan daerah terkait dengan tampilnya para anggota dewan yang baru. Saya pun tidak lupa menyampaikan beberapa kasus yang terjadi di Kota Bandung dan Garut. Contoh di Kota Bandung saya ambil dari kasus sengketa tanah Babakan Ciparay. Eksekusi lahan yang dilakukan oleh satpol PP pada 5 Mei 2009 sehingga menimbulkan bentrokan dengan warga dan Aliansi Gerakan Anti Pemurtadan (AGAP) dinilai sarat kepentingan antara pihak penguasa (walikota) dan pengusaha. Eksekusi yang dilakukan tidak disertai surat eksekusi dari Pengadilan. Satpol PP Kota Bandung melakukan tindakan represif kepada puluhan anggota AGAP. AGAP sendiri merupakan ormas Islam yang salah satu kegiatannya adalah menjadikan Babakan Ciparay sebagai daerah binaan. Anggota Dewan yang seharusnya bertindak sebagai pengawas pemerintah, hanya bisa diam tidak berkutik dihadapan Walikota yang arogan ini.

Kota Cirebon merupakan kotakecil. Tidak terlalu sulit untuk menjelajahi kota ini. Kampus Unswagati, Untag dan STAIN dengan mudah kita temui karena lokasinya yang tidak terlalu berjauhan. Kota ini pun mempunyai satu masalah klasik dalam pemerintahannya, yaitu korupsi.



Beberapa pekan kemarin, Walikota Cirebon menyampaikan Laporan Pertanggungjawaban (LPJ). Namun ada hal yang janggal dari laporan ini yaitu belum dilakukan audit dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Teman-teman berpendapat bahwa hal ini bukan sekedar kesalahan teknis, tetapi ada unsur kesengajaan dari peak eksekutif. Sampai sekarang teman-teman masih mengusut kasus ini dan menolak dengan tegas LPJ Walikota ini.

Berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan, di dalam LPJ tersebut ada kejanggalan pada bagian penerimaan pajak retribusi pasar. Jumlah yang disampaikan terlalu sedikit bila dibandingkan dengan fakta di lapangan bahwa para pedagang di pasar Cirebon setiap harinya selalu mendapatkan tagihan dari pihak pemerintah sebagai retribusi. Pungutan ini sangat sering dilakukan.

Lantas bagaimana akhirnya ? Kami menerka, bahwa ada alih-alih dari partai pengusung walikota, sebagai fraksi mayoritas di dewan untuk menyelesaikan masalah ini dengan votting saja. Maka kami pun beranggapan bahwa votting sepertinya akan menjadi juru selamat bagi sang walikota ini. Dasar demokrasi!!

Indramayu: Mutasi Satu Menit

Saya pun bertemu juga dengan Saudara Nurpadin. Beliau Ketua Komisariat Indramayu yang baru-baru ini telah menyelesaikan sidang sarjananya di Universitas Wiralodra, Indramayu. Kami sharring terkait dengan kondisi daerahnya.

Ini fakta bukan rekayasa. Apabila anda berbicara tentang daerah ini, maka setidaknya tidak akan lepas dari kebanggaan bahwa daerah ini mempunyai sosok seorang Bupati yang dianggap berhasil dalam memajukan daerahnya, terutama atas kebijakannya terkait dengan sektor pendidikan. Tetapi anda pun harus tahu bahwa di sisi lain, Bupati yang merangkap juga sebagai Ketua DPD Partai Golkar Kabupaten Indramayu ini mempunyai karakter yang hampir sama dengan para pejabat-pejabat Golkar kebanyakan.

Di Indramayu, Anda mungkin sulit untuk mengkritisi kebijakan-kebijakan Bupati. Hal ini bukan hal yang asing bagi kawan-kawan mahasiswa di Indramayu. Para mahasiswa yang demonstrasi langsung dicatat namanya, wajahnya di foto dan langsung dilaporkan pada pihak kampus. Kampus langsung melakukan pressure kepada para mahasiswa ini. Di sana juga ada istilah mutasi satu menit, yaitu bagi mahasiswa demonstran yang ketahuan orang tuanya adalah Pegawai negeri Sipil (PNS) di lingkungan Kabupaten Indramayu, maka dengan tempo yang sesingkat-singkatnya, Bupati dengan arogan seringkali memutasikan ke daerah terpencil atau perbatasan. Jangan tanya soal bukti, saran saya coba anda diskusi langsung dengan teman-teman mahasiswa di sana.

Titik Nadir Perjuangan

Indramayu merupakan daerah basis Partai Golkar. Di daerah ini, SBY pun tidak berkutik ketika pemilihan presiden kemarin. Sedangkan Kota Cirebon adalah basisnya PDI Perjuangan. Dalam hal memerintah, kedua partai ini mempunyai karakter yang hampir sama, yaitu pragmatis dan materialistis. Orientasi kebijakan hanya sekedar untuk melanggengkan kekuasaan.

Rekan-rekan mahasiswa harus terus mengawal perubahan. Jangan sampai oknum-oknum, biang kerok pemerintahan seperti ini dibiarkan berkuasa. Kita harus menjadi garda terdepan dalam mengkritisi kebijakan yang sewenang-wenang, tidak pro rakyat. Membangun kesadaran kritis masyarakat, sambil terus meningkatkan soliditas dan kekuatan organisasi harus terus menjadi agenda kita ke depannya.



Pulang

Setelah berdiskusi dengan teman-teman Cirebon dan Indramayu, saya pun akhirnya berpamitan dengan mereka. waktu menunjukkan pukul 21.00 dan saya belum juga mendapatkan bus. Setelah hampir setengah jam menunggu di halte dekat belokan kampus menuju STAIN akhirnya bus jurusan ke Bandung pun tiba. Saya pun naik dan kami pun meluncur. Btw, di samping jalan halte tempat saya duduk ini ada gua yang bernama Gua Sunyaragi. Sayang sudah lama katanya gua ini tidak mendapat perawatan yang layak sehingga kondisinya sekarang cukup mengkhawatirkan. Padahal dulu gua ini lumayan banyak dikunjungi orang-orang.

Sampai jumpa Cirebon, semoga kita bertemu kembali.





Wallahu’alam bishshawab
Salam mahasiswa!