Monday, October 11, 2010

Tengoklah ke Luar!


10 Oktober 2010


Meluangkan waktu kembali untuk menulis catatan hidup, memang agak susah. Butuh motivasi tertentu untuk memulainya. Tapi entahlah, kadang kita hanya bisa berargumen saja, kurang inilah itulah, menjadikan lemahnya motivasi sebagai kambing hitam, ataupun orang lain sebagai penyebab kegagalan kita.

Negara kita masih saja berpenyakitan. Wabah materialisme menjadi biang kerok sekaligus telah menumbuhkan luka dalam perkembangan sejarah Negara kita. Para pemimpin kita secara sadar telah membuat kesalahan. Mengajarkan contoh yang tidak baik, terlalu mementingkan diri sendiri daripada masyarakat sekitarnya.

Loncat sana, loncat sini. Mencari tema yang cocok sebagai bahan untuk menulis artikel kembali. Kadang berpikir, seperti inilah hidup mengajarkan. Saya pikir inilah bentuk dari pembelajaran efektif, proses inquiry, menemukan sendiri. Berbuat sesuatulah, niscaya kamu akan menciptakan motivasi.

Pekan ini banyak sekali aneka hidup mewarnai masyarakat kita. banyaknya yang buruk, daripada contoh teladan. Dimulai dari aksi kekerasan yang muncul. Tawuran di Jakarta dan Tarakan, perampokan dan penembakan brutal di Sumatra Utara, sampai pada agenda pergantian Kapolri baru. Semua masalah yang ada menghiasi media di republik ini.

Tapi bulan ini pun penuh dengan kegembiraan. Setidaknya agenda menghadiri pernikahan tiap minggunya mengobati rasa kesal, sedih ketika melihat segala berita yang ada di media kita. waw, bulan ini memang bulan nikah. Hehe.. saya turut bergembira atas semuanya. Bagi yang akan ataupun sudah melangsungkan pernikahan, semoga Allah memberikan keberkahan dan kelancaran atas semua agenda yang sedang direncanakan. Bagi yang belum, entah karena nunggu dijemput sang kekasih, hingga yang berpikir masih belum kepikiran, ah mungkin anda harus banyak mengaji saja.

Hidup memang penuh dengan romantisme. Berpikirlah dengan hati yang luas, penuhi seluruh ruang berpikir untuk kepentingan bersama, niscaya jalan hidup akan terbuka lebar. Hari demi hari, kita rupanya akan semakin punya bekal, belajar dari pengalaman dan akhirnya realitalah yang mengajarkan kita bahwa tolong atur hidupmu, berjalanlah sesuai dengan rel, niscaya engkau tidak akan tersesat.

Takdir Lelaki

Tuhan memang adil, menciptakan lelaki dan perempuan. Saling berpasangan. Saya sendiri semakin hari, semakin bersyukur atas anugerah saya dijadikan sebagai lelaki. Btw bukan berarti kalau anda perempuan lantas anda disebut tidak beruntung, bukan seperti itu. Tapi semakin hari apa yang diberikan Allah adalah anugerah terindah, Dia mengatur segala rupa, mengetahui yang terbaik menurut versi-Nya, versi sang pencipta.

Takdir lelaki itu adalah pemimpin. Mempunyai tanggung jawab yang lebih besar. Disuruh kuat, bukan berarti ketika bicara sambil mengeluarkan otot kawat tubuh bajanya. Itupun kalau tubuhnya kayak Ade Rai, lah kalau punya badan pas-pasan kayak saya, hehe. Ga kali ya. Lelaki itu harus mengayomi, berkasih sayang, apalagi terhadap kaum Hawa. Tantangan hidup bagi seorang lelaki bila dijalani akan penuh dengan pembelajaran. Dan pada akhirnya semua adalah sarana dan sebuah tahapan menuju peradaban dunia, yaitu membentuk pribadi muslim yang kuat.

Visi setiap individu adalah menjadi pribadi muslim yang kuat. Segala anugerah berupa kesempatan ataupun apa yang telah diberikan Allah kepada kita, semua adalah sarana pembentuk diri. Ingat, semua adalah sarana sekaligus amunisi untuk menjadi pribadi muslim yang kuat. Ingatlah selalu teori peradaban. Apa syarat-syarat terciptanya sebuah peradaban?

Visi itu membentuk karakter. Di saat dunia semakin mengalami krisis kepemimpinan, maka pribadi yang mempunyai karakter kuat akan senantiasa berpeluang meraih visi pribadi muslim yang kuat. Tapi bukan berarti karakter adalah segalanya, banyak hal di luar sana, juga suplemen-suplemen yang bisa kita raih.

Ada pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan bersama. Menciptakan pribadi kuat untuk membentuk tatanan masyarakat yang kokoh. Dia bukanlah pribadi yang loyo, sehingga ketika diterpa angin sepoi pun langsung terjungkal ke tanah. Pola pikirnya untuk ummat, maju ke depan selangkah lebih maju daripada orang kebanyakan. Bukan materi yang menjadi tujuannya, apalagi untuk memperkaya diri dan keluarga. Menjadikan alasan mengeruk kekayaan sehingga lupa kondisi ummat, masyarakat sekitar yang sedang dilanda kemiskinan.

Kita tidak berjalan sendiri. Ada orang lain di sekitar kita. Mereka adalah saudara kita, dan menunggu uluran bantuan. Menunggu memang membosankan, menunggu adalah pasif, tapi mungkin mereka perlu sedikit stimulus dari kita untuk mengejar harapannya. Diperlukan kedermawan di sini. Kesabaran dan sense yang tinggi tentang kondisi masyarakat. Ini memang khusus, sehingga butuh orang-orang luar biasa di dalamnya.

Tengoklah ke luar, jangan terlalu mendongak ke atas, sehingga dagu lelah memikul kepala. Rehat sejenak, coba seimbangkan. Mungkin perlu olah raga rutin sehingga otot-otot tidak terlalu tegang. Masyarakat butuh kita. tak usah risau apa yang bisa engkau bantu. Bergeraklah, niscaya motivasi datang ke arahmu. Wassalam.