Friday, July 17, 2009

Pembentukan Manusia Indonesia Seutuhnya




Purwakarta, 15 Juli 2009

Kritik terhadap manusia Indonesia yang telah menjadi kesepakatan bersama adalah kurangnya etos kerja. Dalam beberapa kesempatan, banyak para politisi, pengusaha, akademisi dan semua pihak yang mempunyai andil dalam pembangunan bangsa ini mengatakan bahwa inilah faktor kunci perubahan bagsa Indonesia. Namun ada sebuah pertanyaan bagi kita semua, apakah betul ini menjadi masalah fundamental bangsa ini?

Tantangan bangsa ini ke depan adalah tetap menjadikan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dalam setiap sektor apapun. Namun, sudah menjadi kesepahaman bersama bahwa aspek moralitas menjadi hal yang signifikan bagi kehidupan kita saat ini. Hal ini sangat penting apabila dikaitkan dengan momentum pasca pilpres dimana akan terpilih presiden yang akan memimpin bangsa ini lima tahun ke depan.

Bagi para stakeholder, harus menjadi evaluasi bersama bahwa identifikasi masalah bangsa ini sudah sering kita bahas berulang kali. Berbagai seminar, diskusi maupun lokakarya yang menelan puluhan sampai ratusan juta rupiah habis kita gunakan untuk mencari sebuah solusi demi perbaikan bangsa ini. Segala upaya tersebut harus kita hargai sebagai bagian dari proses perubahan.

Ada satu hal yang perlu diperhatikan oleh setiap orang di Republik ini yaitu pemahaman bersama kita terkait dengan pembentukan manusia Indonesia ke depan? Apakah akan diarahkan menjadi orang-orang yang hanya mengisi lapangan pekerjaan milik orang Asing, apakah hanya akan dibiarkan bebas untu menganggur, ataukah hanya menunggu jatah pembagian menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS)? Semua orang pasti mempunyai kesadaran yang sama bahwa masalah fundamental bangsa ini adalah dehumanisasi, dekulturisasi, dan deindonesiasi. Masalah ini apabila tidak diatasi dengan serius maka akan membiarkan negri ini diarahkan oleh para intelektual yang kering akan moralitas.

Jujur, saya hanya bisa merenungi kenapa kondisi ini terjadi pada bangsa ini. Apakah bangsa ini tidak mau, ataupun memang tidak tahu tentang masa-masa perjuangan kemerdekaan Indonesia yang selalu diisi oleh pekikan takbir para pejuang Indonesia? Apakah semangat itu hilang karena kita sudah terlalu pintar dan lupa historis bangsa ini.

Pendidikan karakter menjadi sebuah kesepakatan bersama bangsa ini, bahwa perbaikan dalam sektor apapun harus dilandasi dengan semangat nasionalisme bangsa. Tetapi nasionalisme malah disalahartikan. Nasionalisme sempit para pengusaha kapitalis, yang hanya menjadikan masyarakat Indonesia menjadi kuli di negerinya sendiri. Sementara itu, para pejabat hanya bisa ongkang-ongkang kaki duduk dengan nyaman di kursi mobil empuk milik rakyat.

Pemuda perlu mengkonsolidasikan diri untuk mengawal segala proses pembangunan negeri ini. Di satu sisi kita dihadapkan pada sebuah tangggung jawab indiviudu dimana kita juga harus membangun segala kapasitas diri, baik itu kapasitas ideologis, akademis, ekonomi, dll tetapi di satu sisi kita juga harus jujur melihat problema yang kompleks dari bangsa ini. Disamping itu pemuda juga harus mengetahui siapa-siapa anak bangsa ini yang telah menorehkan tinta emas kegemilangan demi perubahan di negeri ini, dalam segala aspek apapun. Kita perlu tahu akan hal itu, sebagai pemotivasi kita dalam meraih setiap target apapun.

Satu hal yang harus menjadi motivasi para pemuda Indonesia adalah semangatnya yang tinggi untuk merubah kondisi bangsa ini. Hal yang pertama dibangun tentu adalah rasa kritis terhadap persoalan kehidupan yang terjadi. Rasa kritis ini tentu harus objektif, ketika kita dihadapkan pada hal yang memang itu menjadi kesalahan kita, maka harus jujur kita katakan bahwa saya salah dan saya siap untuk memperbaikinya. Sikap gentle perlu kita ke depankan supaya orang lain memandang kita tidak egois, arogan, dan hanya bisa ngomong saja.

Secara pribadi, kalau kita belajar dari individu yang sukses mengukir hidupnya dengan tinta emas maka ada beberapa hal yang menjadi perjuangan mereka, diantaranya adalah: pertama, mereka bekerja keras dengan segala tuntutan perjuangan karena ideologi atau keyakinan yang mereka miliki; kedua, mereka berjuang karena didorong oleh semangat membangun negeri dengan kolektivitas kerjasama tim yang solid, dan ketiga, mereka tidak kenal lelah ketika dihadapkan pada sebuah kemenangan karena mereka anggap itu hanyalah sesaat. Mereka yakin bahwa ada tantangan besar bagi mereka yang pantas disebut pejuang besar. Mereka tidak rela ketika diri mereka hanya mempunyai kapasitas kecil, dengan tantangan dan perjuangan yang biasa-biasa saja. Tetapi hal ini bukan berarti tidak mensyukuri pemberian yang Maha Kuasa, bukan! Tetapi mereka yakin bahwa setiap orang harus menjadi sesuatu yang lebih besar dibandingkan dengan dirinya sendiri. Ini motivasi orang kuat. Mereka yakin akan kemenangan, sebagaimana mereka yakin akan arti sebuah kekalahan. Bagi mereka, kekalahan adalah hal yang biasa, begitu juga dengan kemenangan. Tetapi keduanya tidak bisa disamakan, karena mereka yakin masing-masing memiliki nilai kebermanfaatan yang berbeda jauh.



Salam Pemuda Indonesia!